Penulis : Chairul Falah | Editor dan Publish : Chairul Falah
Slawi FM – Hari Kusta Sedunia Tahun 2024 ini mengusung tema “Beat Leprosy” atau “Kalahkan Kusta” dan menjadi momentum penting bagi berbagai upaya pencegahan, deteksi, dan perawatan penyakit ini di seluruh dunia. Tema kalahkan kusta ini merangkum 2 (dua) tujuan yaitu menghapus stigma kusta dan meningkatkan martabat penderita kusta.
Hari Kusta Sedunia diperingati setiap tahunnya pada hari Minggu terakhir di bulan Januari. Pada tahun 2024 peringatan ini jatuh pada tanggal 28 Januari.
Demikian yang dikatakan oleh Programer Kusta Puskesmas Penusupan Fathul Falah Areigal dalam talkshow warta 10 yang dipandu oleh Aldo Herlambang pada, Rabu (31/1/2024) pagi.
Menurut Fathul Falah kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Ciri utama kusta ini terdapat bercak mati rasa, penebalan saraf tepi dan gangguan fungsi saraf.
“ Kusta ini selain menyerang kulit juga menyerang fungsi saraf. Fungsi saraf yang diserang adalah fungsi sensorik dan motorik. Nanti kita ada pemeriksaan khusus pada bercak mati rasa tersebut. Dan kasus kusta di Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia sebanyak 8 persen setelah India dan Brasil,” ungkap Fathul.
Untuk penularan kusta ini bisa melalui droplet atau percikan udara dari saluran pernafasan penderita kusta yang terhirup selama kontak langsung dengan penderita kusta tersebut. Syarat penularan ini dengan kontak lama atau masa inkubasinya lama tidak seperti covid 19.
“ Jadi penularan kusta ini perlu waktu lama beda dengan covid 19. Kalau covid 19 langsung tertular kalau kusta ini membutuhkan waktu 2 – 5 tahun terpapar bakteri. Kuncinya kalau sistem imun kita baik kalau ketemu penderita kusta kita tidak akan tertular. Dan kusta ini bisa diobati dan sembuh asalkan bisa ditemukan sejak dini dan melakukan pengobatan dengan tuntas,” jelas Fathul.
Selain itu kusta juga memiliki 2 (dua) tipe berdasarkan jumlah bercaknya, yaitu kusta multibasiler (MB) atau kusta basah dan kusta pausi basiler (PB) atau kusta kering. Untuk pengobatan kusta ini hanya terdapat di puskesmas dan gratis. Pengobatan kusta multibasiler ini melalui terapi Multi Drag Therapy (MDT) yang berbentuk kaplet.
“ MDT ini bentuknya terapi minum obat kaplet yang mengadung antibiotik yang menjadi satu diminum selama 12 bulan ini diperuntukan untuk kasus kusta MB. Sedangkan untuk kusta PB cukup minum obat selama 6 bulan. Yang membedakan ada obat yang dikurangi antibiotiknya saja dan tersedia di Puskesmas gratis. Karena penanganan kusta ini hanya dilakukan di Puskesmas,” tutur Fathul.
Adapun upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal dalam menanggulangi penyakit kusta ini yaitu melakukan skrining pada anak sekolah gunanya untuk menemukan kasus kusta secara dini, pengobatan kusta hingga sembuh, membuat kelompok perawatan diri, pemeriksaan pencegahan kecacatan dan kemoprofilaksis kusta.
Sedangkan strategi percepatan eliminasi yaitu pemeriksaan kontak erat pasien baru dan pasca pengobatan, penemuan kasus aktif kemoprofilaksis kusta dan tata laksana reaksi yang adekua, edukasi efek obat dan pencegahan reaksi, peningkatan kompetensi petugas dan mengedukasi masyarakat untuk mengikis stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta. (CF)