Slawi – Sebagai salah satu sekolah yang melaksanakan uji coba pembalajaran tatap muka (PTM), SMAN 3 Slawi Kabupaten Tegal menyiapkan sarana Protokol Kesehatan mulai dari 51 tempat cuci tangan sampai tempat untuk karantina atau transit jika ada siswa yang suhu tubuhnya di atas 37 derajat celcius. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Sekolah SMAN 3 Slawi, Masduki, pada Senin (5/4/2021) kemarin.
Menyesuaikan kebijakan dari provinsi Jateng, jumlah siswa yang mengikuti uji coba PTM sebanyak 110 siswa dan semuanya dari kelas XI. Sementara 110 siswa tersebut diambil dari total keseluruhan kelas Xl sebanyak 360 siswa. Dari 110 siswa ini dibagi menjadi 9 kelas, dan tiap kelas ada yang berisi 12 siswa ada juga yang 13 siswa.
“Kalau di kami siswa yang mengikuti uji coba PTM ya 110 orang ini, dari awal sampai nanti tanggal 16 April siswanya sama tidak ganti. Tujuannya supaya memudahkan jika terjadi hal yang tidak diinginkan dan mengurangi resiko terpapar Covid-19. Sehingga dari 360 siswa kelas XI kan yang dipilih hanya 110 siswa sisanya pembelajaran jarak jauh, namun waktu pemberian pelajaran tetap bersama dengan yang belajar dari kelas,” kata Masduki,
Masduki mengatakan, setiap kelas yang digunakan sebagai uji coba PTM disediakan wifi untuk memudahkan pembelajaran siswa dan guru. Karena seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, pembelajaran bagi siswa yang daring atau jarak jauh dilaksanakan di waktu yang sama dengan sistem yang belajar di kelas. Sehingga bisa menggunakan handphone atau laptop saat proses pembelajaran. Tapi menurut Masduki, seharusnya guru yang kreatif saat pelajaran jarak jauh bisa membuat video terlebih dahulu sehingga lebih memudahkan. Disamping penyampaian pelajaran yang secara langsung.
“Sarana prokes sudah kami siapkan jauh-jauh hari, tiap kelas ada tempat cuci tangannya. Baik guru dan karyawan yang totalnya 73 orang 95 persen sudah divaksin Covid-19. Sisanya yang belum mayoritas karena terkendala tekanan darah yang tinggi,” jelasnya.
Untuk pelaksanakan uji coba pembalajaran tatap muka di SMAN 3 Slawi, berlangsung mulai pukul 07.30 WIB – 11.30 WIB. Dan tidak ada jam istirahat sehingga siswa dianjurkan untuk membawa bekal makanan sendiri dari rumah. Ada empat mata pelajaran yang diberikan kepada siswa, adapun satu pelajaran diberikan waktu sekitar 1 jam dan materi yang disampaikan pelajaran biasa.
“Saya sengaja tidak memakai sistem shift tujuannya supaya lebih mudah memantau. Karena jika 110 siswa ini tidak diganti alias tetap sama, kondisi kesehatannya lebih bisa terpantau dan riwayat kemana-mananya juga mudah diketahui,” tandasnya. (CF)